Sembahyang Harian

 Halo.

Kemuliaan bagi Yesus Kristus (Slava Isusu Khrestu) !


Saya Christian Tombiling, seorang Katolik Timur di Indonesia, dari Gereja Katolik Yunani Ukraina (GKYU) atau dalam bahasa Inggrisnya biasa disebut UGCC atau (УГКЦ). Saya adalah seorang ikonografer yang, oleh karenanya, juga merupakan praktisi kerohanian timur, yang oleh GKYU sendiri sebut sebagai "Orthodox yang bersatu dengan Paus Roma" [1]. 

Gereja sejak semula percaya bahwa kehidupan umat beriman haruslah senantiasa dinafasi oleh doa. Dalam pengalaman pribadi saya, saya menemukan bahwa doa bukanlah sebuah kewajiban yang dituntut Allah pertama-tama, sebagaimana yang saya yakini awalnya. Saya mendapatkan bahwa hal yang sama juga dikemukakan oleh Para Orang Kudus, bahwa hendaknya jam-jam doa kita didasarkan pada kemampuan kita, bukan karena harus pada jam yang ditetapkan tersebut. Hal itu membantu kita untuk menikmati waktu doa kita. Namun di sisi yang lain, jam-jam doa juga ditetapkan, pertama-tama untuk membangun siklus doa yang sehat sehingga kebiasaan doa mendarah daging pada kehidupan umat Kristen. Umat awam memang seharusnya tidak dituntut untuk memiliki siklus doa seperti yang disajikan dalam blog ini, sebagaimana ini biasanya dilakukan oleh para rahib. Akan tetapi, siklus doa yang biasanya di Indonesia sering disebut sebagai "Sembahyang Tujuh Waktu", (yang sebenarnya tidak pernah disebut demikian di negara-negara Orthodox, melainkan biasanya "Divine Office" (Ofisi Ilahi), atau "Horologion" (Waktu Jam)), merupakan starting point yang cukup bagus untuk memulai kebiasaan doa.


Adapun saya menemukan bahwa waktu-waktu doa merupakan waktu yang menyenangkan jiwa dan raga. Saat-saat dimana Allah berbicara kepada saya dan memberikan petunjuk-petunjuk untuk masalah rohani sampai masalah duniawi yang seringkali membuat saya terkagum-kagum, mengapa Allah yang sedemikian tinggi sudi mendengar perkataan saya dari pojok doa saya yang sederhana. Begitu pula dengan Para KudusNya, teristimewa Santo Dimitry dari Thessaloniki, Santo Phanorious dari Bhari, dan Santo Nikolaus, Bapa yang Baik dari Myra. Sekian banyak jam-jam doa saya dihiasi kekaguman dan rasa syukur akan pertemanan saya dengan orang-orang kudus Allah itu. Memang ada hari-hari sial bagi saya, tatkala saya merasa bahwa Allah dan Para Kudus-Nya tiba-tiba menjauh dari saya, seakan-akan saya ditinggal sembunyi oleh mereka. Doa Tengah Malam bagi saya benar-benar mencerminkan perasaan saya sewaktu itu, terlebih pada Kidungan Mazmur 117, "That’s my weakness — [supposing] the Most High’s right hand could change." ("bahwa inilah kelemahanku, aku menduga Tangan Kanan Yang Mahatinggi bisa saja berubah"). Namun, dalam kesederhanaan, saya harus memberi kesaksian, bahwa bahkan pada saat itu, Allah tetap mendengar keluh kaget saya, dan para kudus masih memandang melalui ikon-ikon kudus mereka.


Maka, kebahagiaan dan kedamaian serta arahan yang saya alami itulah yang ingin saya bagikan kepada saudara-saudari seiman saya, baik umat yang berada dalam persatuan dengan Paus Roma, maupun saudara-saudari yang beriman lurus. Adapun doa-doa yang saya sediakan di sini bukanlah merupakan terjemahan yang digunakan biasanya oleh Umat Orthodox di Indonesia, melainkan saya terjemahkan sendiri dari bahasa Ukraina yang digunakan oleh umat GKYU di Ukraina sendiri, dengan mengambil referensi terjemahan bahasa Inggris buku "Unabreviated Horologion" dari Biara Tritunggal Kudus, Jordanville, "Come, Let Us Worship" dari penerbit Svichado, Lviv, dan "Horologion" dari para biarawan Basilian, Chicago, dengan mempertimbangkan bahasa Yunani yang menjadi sumber saduran ke dalam bahasa Slavonik.


Saya berharap dapat memperkaya blog ini dengan doa sebanyak-banyaknya yang dapat didoakan secara gratis oleh semua orang. 



[1] Our Christian Heritage - Bishop Basil Losten

Postingan populer dari blog ini

Ikon Pemberitaan Injil Kerajaan Allah

Ikon Natal

Ikon-ikon di Kapel St. Fransiskus dari Assisi, Taman Anggrek, Jakarta Barat